JEMBER – Seorang guru ngaji di Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum setelah diduga melanggar batasan terhadap empat santri pria.
Kasus ini mencuat setelah orang tua salah satu korban mencurigai perubahan perilaku anaknya dan menggali informasi lebih dalam hingga akhirnya berani melapor ke pihak berwenang.
Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jember langsung bertindak cepat menindaklanjuti laporan tersebut dan menetapkan seorang pria sebagai tersangka.
“Dari hasil pemeriksaan, ada empat anak laki-laki yang menjadi korban perlakuan tidak pantas,” jelas Kanit PPA Polres Jember, Ipda Qori Novendra, Rabu (4/6/2025).
Tersangka diketahui mengajar secara informal di sebuah musala, bukan di lembaga pendidikan formal ataupun pondok pesantren.
Korban yang masih berusia belia, antara 11 hingga 13 tahun, merupakan murid yang rutin mengikuti pengajian yang dibimbing oleh tersangka.
“Tersangka memanfaatkan kedekatan sebagai guru untuk mempengaruhi korban, dan pelaku brdalih ingin membantu hafalan santri sebagai bentuk implementasi,” tambah Qori.
Aksi tersebut terjadi sejak Februari 2025 dan berlangsung hingga sekitar seminggu sebelum penangkapan dilakukan oleh pihak kepolisian.
“Orangtua korban awalnya mendapat cerita dari teman-teman korban, lalu mengonfirmasi langsung kepada anaknya,” ungkap Ipda Qori.
Polisi menjerat tersangka dengan pasal dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Karena pelaku berstatus sebagai pendidik agama, aparat berencana menambahkan pasal pemberat sesuai ketentuan yang berlaku dalam hukum Indonesia.
