Jember – Budidaya ikan koi memang terkenal dengan biaya mahal dan butuh ketelatenan khusus. Sebagian masyarakat juga menganggap ikan koi termasuk ikan yang cukup mahal saat ini.
Hal ini juga dirasakan pria asal Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember ini ketika mengawali budidaya ikan koi.
Namun karena keuletanya ikan koi yang ia miliki bisa menjadi juara di berbagai kompetisi di Indonesai.
Pria bernama Edi Cahyo telah berhasil meraih prestasi di berbagai ajang kontes koi ini mengaku memulai hobinya di tahun 2021 silam.
Pria yang akrab disapa Ipung ini mengatakan bahwa awal mula hanya coba – coba. Tidak ada niatan untuk ikut kontes apa pun.
“Awal ya hanya iseng saja, dan ada juga ikan yang mati, karena memang belum tahu cara merawatnya,” jelasnya, Selasa, 26 September 2023.
Tapi, lanjut Edi, ia tidak menyerah untuk terus belajar agar bisa berhasil membudiya koi. Terbukti saat ini ia telah memiliki 700 ekor koi dan kolam yang berada di rumahnya.
“Kalau sekarang ya sudah lumayan sudah sekiar 700 ekor, dan ada ukuran mencapai 50 sentimeter,” ujarnya.
Tak ingin potensi koi yang dimiliki hany sekadar hobi, Edi akhirnya bersama komunitasnya yang bernama “Banteng Koi Jember ” mencoba mengikuti beberapa kompetisi.
Hasilnya, koi yang dimilikinya berhasil meraih beberapa prestasi tingkat kabupaten hingga nasional.
“Alhamdulillah sudah pernah menang tingkat nasional sampai mewakili jember . Seperti Juara 1 Bogor Koi Show tahun 2022, Surabaya Koi Club, Local Grand Champion Koi Show di Tulungagung,” jelas Edi.
Namun ia mengaku, untuk mencapai prestasi tersebut tidaklah mudah. Banyak proses yang harus menajdi fokus agar ikan tetap sehat dan postur tubuhnya tidak mengecil. Mulai dari kualitas air, makanan sampai ada vitamin khusus.
“Hal semacam itu memang salah satu kunci menjaga kualitas koi kami. Karena itu mempengaruhi bobot ikan, warna dan juga motif dari koi sendiri,” akunya.
Ditanya tentang harga, Edi menjelaskan bahwa harga koi yang ia miliki bermacam macam. Ada nilanya ratusan ribu hingga ada yang 50 juta rupiah.
“Harga itu relatif, mulai dari kondisi fisiknya, prestasi itu sendiri pun juga mempengaruhi harga. Ada kok yang mau nawar ratusan juga tapi saya belum ingin menjualnya karena memang sejarahnya lebih mahal,” tandasnya.
