Jember – Pemkab Jember melakukan uji coba Sistem Satu Arah (SSA) di wilayah Kampus Universitas Jember. Lokasi pertama yang menjadi uji coba SSA ini adalah Jalan Jawa. Beberapa hari kemudian, uji coba SSA diperluas meliputi Jalan Kalimantan, Jalan Riau, dan Mastrip.
Kebijakan itu dilakukan karena kemacetan yang sering terjadi di kawasan tersebut. Tak pelak, kebijakan itu menimbulkan pro dan kontra. Bahkan, beberapa pihak menuding salah satu penyebab kemacetan adalah keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di sepanjang trotoar jalanan tersebut.
Untuk mencari solusi kebijakan yang pro kotra ini, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jember menggelar kegiatan dialog publik di Hotel Dafam Fortuna, Senin, 16 Oktober 2023. Kegiatan itu didukung oleh Universitas Jember.
Hadir sebagai pembicara Bupati Jember Hendy Siswanto, Ketua DPRD Jember Itqon Syauqi, Pakar Lalu Lintas dari Universitas Jember Sonya Sulistyono dan Kasatlantas Polres Jember AKP Arum Imambala.
Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan grand design sistem satu arah baru dikerjakan sekarang.
Hendy bercerita latar belakang pembangunan di kawasan kampus itu dilakukan oleh Bupati Jember almarhum Abdul Hadi.
Mulai dari jembatan semanggi hingga Kawasan kampus Universitas Jember.
“Terjadilah disitu pertumbuhan ekonomi yang dahsyat, dari tanah yang awalnya harga Rp5000 dan terus semakin mahal,” tutur dia.
Sekarang, kata dia, terus berkembang dengan semakin banyak memiliki mahasiswa.
Apalagi, semakin banyak kegiatan di kampus yang mendatangkan banyak orang.
Seperti wisuda yang digelar cukup sering, bahkan bisa sebulan lebih dari dua kali.
“Banyak kegiatan wisuda, dalam satu tahun banyak, banyak orang luar datang ke kampus,” tutur dia.
Selain itu pertumbuhan populasi penduduk di kawasan tersebut juga terus meningkat setiap tahunnya.
Dampaknya, kemacetan di kawasan kampus juga terus berkembang.
Hendy menilai banyaknya orang yang datang ke Jember merupakan potensi yang luar biasa.
Hanya saja, kata dia, dampak dari potensi itu masih belum dinikmati seluruh warga sekitar kampus.
“Sampai hari ini stagnan pergerakan ekonominya, karena belum meratanya jangkauan tranportasi yang bisa mengarahkan ke wilayah itu,” papar dia.
Untuk itulah, ia Pemkab Jember hendak menata jalan di kawasan kampus Universitas Jember itu.
Salah satu tujuannya untuk menjadikan kampus sebagai zona wisata pendidikan.
“Kalau ini terjadi, yang menikmati ekonomi, bukan hanya kampus tapi warga sekitar,” papar dia.
Pertumbuhan ekonomi itu bukan hanya dari sisi kafe, rumah kos, namun dampak yang menyeluruh.
Untuk itulah, pihaknya mencoba untuk menata lalu lintas di jalan daerah kampus itu.
“Kami uji coba dulu, kami berharap ada feedback seperti ini,” aku dia.
Hendy mengaku memiliki grand design dalam menata lalu lintas dan trotoar di daerah kampus. Pertama penerapan uji coba sistem satu arah.
“Kedua, program berikutnya adalah merapikan trotoar, kami bersihkan termasuk saluran saluran. Menghadapi musim hujan jangan sampai ada sungai baru, kayak sungai mastrip. Kotoran banyak sekali, nanti kita bersihkan,” aku dia.
Ketiga, kata dia, melakukan pengaturan parkir secara parallel sehingga lebih tertata.
Keempat, mempersiapkan dan memindahkan PKL di kampus menjadi satu lokasi.
“Seperti di Malioboro, seluruh jalan di Jogja PKLnya di pindah satu tempat dan ramai,” ucap dia.
Hendy membayangkan hal itu bisa dilakukan di Kabupaten Jember. Kelima, begitu sudah ada empat PKL, baru memindahkan PKL.
Hendy berharap agar mendapatkan masukan dari masyarakat terkait dengan grand design yang dirancang tersebut.
