JEMBER – Tanaman okra perlahan naik daun di Jember. Meski belum banyak digarap petani lokal, komoditas ini justru laris di pasar ekspor, mulai Jepang hingga Hong Kong.
Petani asal Ajung, Misbahul Ulum, menyebut budidaya okra tergolong mudah dan cepat panen. “Asal 25 hari pertama dijaga dari gulma dan hama, hasilnya bisa maksimal,” ujarnya.
Menurut Misbahul, fase awal pertumbuhan merupakan masa paling krusial. Pengendalian gulma dan pemberian pupuk kandang menjadi kunci agar tanaman tumbuh subur dan tidak mudah rusak.
Setelah masa tanam awal, pupuk NPK seimbang diberikan bertahap. Tanah Jember yang subur dan ber-pH 6–6,8 dinilai sangat cocok untuk budidaya okra karena berdrainase baik.
Tanaman ini mulai berbuah pada usia 45–50 hari. Uniknya, proses panen dilakukan setiap hari karena buahnya tumbuh terus-menerus tanpa jeda panjang.
“Dari lahan satu hektare bisa panen 3,5 sampai 4 kuintal per hari, Hasil panen kemudian diserap oleh Mitratani 27 sebelum dikirim ke luar negeri,,” jelas Misbahul.
Negara tujuan utama ekspor antara lain Jepang, Taiwan, dan Hong Kong. Okra berukuran kecil dihargai Rp6.500 per kilogram, sementara ukuran besar dijual sekitar Rp3.000.
Nilai jual tinggi okra tak lepas dari kandungan nutrisinya. Buah hijau ini kaya vitamin A, C, serat, magnesium, dan antioksidan, serta dipercaya menurunkan kadar gula darah.
“ Saya rutin mengonsumsi okra setiap hari Bisa dimakan langsung, rasanya segar dan banyak manfaat,” katanya sambil memamerkan hasil panennya.
Ia berharap warga Jember mulai melirik okra, tidak hanya untuk ekspor, tetapi juga dikonsumsi sendiri dengan manfaat yang banyak untuk kesehatan.
Tanah kita cocok, pasarnya ada, manfaatnya besar. Sayang kalau potensi ini tidak dimanfaatkan dengan baik,” pungkasnya.