JEMBER – Tingginya kasus kekerasan seksual di Jember menjadi perhatian dalam pembekalan mahasiswa BKI UIN KHAS Jember. Isu ini dinilai mendesak untuk ditangani bersama.
Kepala Bidang Perlindungan Anak DP3AKB Jember, Djoko Sutriswanto, hadir memberikan materi pada Rabu, 23 Juli 2025, di Aula Perpustakaan UIN KHAS Jember.
“Mahasiswa punya peran besar dalam menekan angka kekerasan, terutama melalui pendekatan konseling dan edukasi,” ungkap Djoko di hadapan peserta.
Ia menyebut Jember menempati posisi kedua tertinggi kasus kekerasan seksual di Jawa Timur, berdasarkan data terbaru yang dimilikinya.
Djoko menyarankan mahasiswa fokus pada tindakan preventif saat menjalani PPL, termasuk mendukung edukasi hukum dan sosial kepada masyarakat.
Ia juga menyinggung pentingnya pemahaman mahasiswa terhadap prosedur dispensasi kawin yang kerap diajukan masyarakat tanpa pertimbangan matang.
“Dispensasi itu bukan sekadar surat resmi, tapi terkait hak anak dan kesiapan keluarga. Ini perlu pemahaman hukum dan nilai sosial,” katanya menekankan.
Tak hanya soal kekerasan, mahasiswa juga diarahkan untuk menguasai delapan fungsi keluarga sebagai dasar penyusunan program lapangan.
Delapan fungsi itu meliputi agama, kasih sayang, perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi, rekreasi, serta pembinaan lingkungan.
Pembekalan turut menghadirkan akademisi dan psikolog, Nurhasanah, yang menjelaskan pendekatan berbeda untuk menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
“Anak disabilitas perlu pendekatan spesifik, karena tiap individu memiliki karakteristik unik,” ujar Nurhasanah dalam sesinya.
Ia menegaskan bahwa konselor wajib mengenali hambatan perkembangan anak agar mampu menyusun strategi pembelajaran yang tepat sasaran.
Kegiatan ini diikuti 144 mahasiswa BKI, bagian dari 429 peserta PPL Fakultas Dakwah yang akan diterjunkan ke 13 kabupaten/kota di Jawa Timur.