JEMBER – PWI Jember menggelar pelatihan jurnalistik untuk Humas SMA/SMK dan SLB di Aula Cabang Dinas Pendidikan Jatim wilayah Jember, Kamis, 8 Mei 2025.
Acara ini merupakan bagian dari peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 dan HUT ke-79 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Jember.
Ketua PWI Jember, Sugeng Prayitno, hadir bersama jajaran pengurus, serta Kasi SMK Wilayah Jember, Muhammad Khotip, dan puluhan peserta lainnya.
Dalam sambutannya, Sugeng menyampaikan pentingnya literasi jurnalistik di kalangan Humas sekolah untuk menunjang keterbukaan informasi ke publik.
“Humas harus punya kemampuan menyampaikan informasi sekaligus memilah siapa wartawan yang kompeten,” ujar Sugeng.
Ia menyoroti maraknya oknum yang mengaku wartawan namun tak punya kompetensi dan legalitas resmi dari perusahaan pers.
“Makanya kita perlu tahu cara membedakan mana wartawan yang kompeten dan mana yang hanya bermodalkan ID Card saja,” tambahnya.
Sugeng juga berharap para peserta bisa menjadi filter pertama dalam menghadapi wartawan di lingkungan pendidikan.
“Kami berharap setelah pelatihan ini, Humas tak ragu mengidentifikasi siapa yang layak dilayani,” tegasnya.
Pelatihan ini terbagi menjadi tiga sesi yang menghadirkan narasumber dari kalangan jurnalis profesional dan akademisi.
Sesi pertama menghadirkan Ahmad Winarno, mantan jurnalis kompas.com yang kini menjadi Dosen FTIK UIN KHAS Jember.
Ia membawakan materi teknik menulis berita dan etika wawancara dengan pendekatan praktis dan aplikatif.
“Berita yang baik itu tidak hanya benar, tapi juga menarik untuk dibaca dan bisa dipertanggungjawabkan,” jelas Winarno.
Ia menekankan pentingnya akurasi, keseimbangan informasi, dan struktur narasi dalam praktik jurnalistik.
Peserta diberi simulasi langsung cara menggali informasi dari narasumber dan menyusunnya menjadi berita.
Sesi kedua diisi Wakil Ketua PWI Jember, Yakub Mulyono, yang juga jurnalis detik.com.
Yakub menjelaskan soal Kode Etik Jurnalistik dan berbagai bentuk pelanggaran yang kerap dilakukan oleh wartawan abal-abal.
“Humas atau narasumber berhak meminta wartawan menunjukkan dua ID Card, yakni dari perusahaan dan Dewan Pers,” ujar Yakub.
Ia mengingatkan bahwa wartawan profesional wajib lulus Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan tercatat di situs Dewan Pers.
“Kalau namanya tidak ada di website Dewan Pers, berarti patut dipertanyakan,” tegasnya.
Ia juga mendorong Humas sekolah lebih berani menolak wartawan yang tak jelas identitas dan tujuannya.
“Silakan catat identitas wartawan, cek kebenarannya, itu bagian dari perlindungan institusi,” imbuhnya.
Sesi ketiga diisi oleh Hamka Agung Balya dari Antara TV, yang menjelaskan tentang teknik pengambilan gambar dan video jurnalistik.
Hamka menyampaikan pentingnya konten video dalam mendukung komunikasi publik di era digital.
“Video bukan hanya pelengkap, tapi medium utama menyampaikan pesan secara efektif,” ujarnya.
Ia menunjukkan contoh video yang diambil dengan teknik sederhana namun tetap menarik dan komunikatif.
PWI Jember menyatakan kegiatan ini akan terus digelar secara berkala untuk menjangkau lebih banyak sekolah.
Pelatihan ini tak hanya menjadi edukasi, tapi juga mempererat sinergi antara dunia pendidikan dan media.
PWI Jember berharap munculnya Humas sekolah yang cakap dan kritis terhadap praktik jurnalistik di lapangan.
Dengan pengetahuan jurnalistik, lembaga pendidikan diharapkan bisa menghindari intimidasi dari wartawan gadungan.
Hubungan antara sekolah dan media diharapkan berjalan sehat, profesional, dan saling menghormati kode etik.