JEMBER – Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Karangharjo, Silo, menjadi tuan rumah peresmian 42 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) NU pada Selasa (30/9/2025).
Selain peresmian, acara juga diisi dengan penyaluran simbolis paket Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk 50 ribu santri dari berbagai pondok pesantren.
Beberapa di antaranya berasal dari Yayasan Yahtadi Islamic Klakah Lumajang, Yayasan Almadaris Tembelang Jombang, Raudhatul Syabab Jember, Pondok Pesantren An-Najiyah Jombang, An-Nur Al-Burhan Malang, Rumah Sejahtera Ganding Sumenep, Al-Muhajirin Kalinyamat Bogor, Al-Qodiri Jember, Bumi Aswaja Mandiri Cipulus Purwakarta, Pondok Pesantren Al-Huda Batang, serta 32 lembaga lainnya.
Acara turut dihadiri Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Interim TKA MBG PBNU KH Fahmy Akbar Idries, serta pengasuh pondok, KH Hodri Arief.
Kepala Badan Gizi Nasional, dr. Ir. Dadan Hidayana, juga hadir secara virtual melalui Zoom untuk menyampaikan dukungan terhadap langkah strategis NU di bidang pangan.
“Kita ingin membangun anak yang sehat, kuat, ceria, cerdas, dan makan bergizi gratis menjadi bagian dari ekosistem. Hari ini diresmikan 42 SPPG, sementara 17 sudah beroperasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, keberadaan SPPG memberi manfaat besar bagi pesantren, terutama tiga fungsi utama: menyediakan gizi seimbang, menjaga kualitas pangan, serta memperkuat ketahanan pangan lokal.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengapresiasi peran pesantren yang telah menjalankan program MBG di berbagai daerah.
“Kita sudah mengoperasikan 17 SPPG, dan hari ini bertambah 42 lagi. Totalnya kini lebih dari 500 SPPG aktif,” kata KH Yahya.
Ia menegaskan, NU berkomitmen mendukung program MBG pemerintah agar cepat menyentuh sasaran dan memberikan manfaat luas bagi pesantren.
“Laporan yang kami terima, santri merasa puas. Sistem pengawasan ketat membuat distribusi lancar dan kualitas pangan terjamin,” ungkap Yahya usai acara.
Lebih lanjut, ia menyampaikan NU menargetkan pembangunan 1.000 SPPG sebagai program jangka panjang untuk memperkuat kemandirian pangan nasional.
“SPPG bukan sekadar dapur umum. Ini pusat produksi pangan, dari beras hingga sayuran. Kami ingin membangun kemandirian pangan bangsa,” tegasnya.
PBNU melalui lembaga pertanian juga dilibatkan agar program pangan berjalan dari hulu hingga hilir, mulai produksi hingga distribusi.
KH Hodri Arief sebagai tuan rumah menjelaskan, biaya pembangunan setiap dapur bervariasi, rata-rata mencapai Rp1,5 miliar per unit beserta perlengkapannya.
“Pesantren tidak dibebani biaya. Skema nol rupiah dijalankan dengan mempertemukan pesantren dan mitra. Jika cocok, kerja sama dilanjutkan,” jelas Hodri.
Menurutnya, satu SPPG dapat melayani hingga 3.000 santri, bahkan mencakup pesantren sekitar agar manfaatnya semakin luas.
“Sekarang masuk minggu kedua yang sudah berjalan. SPPG sudah melayani Pondok Bahrul Ulum, Al-Hidayah, Miftahul Ulum, dan beberapa sekolah sekitar,” terangnya.
Hodri menambahkan, standar ketat diterapkan agar makanan terjamin mutunya, termasuk waktu distribusi maksimal 30 menit.
“Satu dapur melibatkan 47 pekerja dengan sistem shift. Dengan disiplin, risiko keracunan dapat dicegah,” ujar Hodri yang juga Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah.
Acara ditutup dengan doa bersama, menjadi simbol harapan agar program pangan NU berjalan lancar dan memberi manfaat besar bagi santri di seluruh Indonesia.