JEMBER – Pengerjaan Jalur Lintas Selatan (JLS) yang menghubungkan Jember – Banyuwangi kembali jadi sorotan. Hingga awal Agustus 2025, proyek ini masih menyisakan 59 kilometer belum selesai.
Sisa pekerjaan tersebut mayoritas berada di wilayah Jember. Kondisi ini membuat target penyambungan jalur strategis tersebut semakin mundur.
Anggota DPRD Jawa Timur, Satib, membeberkan pembangunan JLS berlangsung dalam tiga tahapan besar.
Tahapan meliputi pembebasan lahan, pembersihan area (land clearing), dan konstruksi fisik.
“Kalau dulu pembebasan lahan anggarannya dari kabupaten, sekarang sepenuhnya dibiayai pusat. Pemkab hanya mengurus proses pembebasannya,” ungkap Satib, Sabtu (9/8/2025).
Perubahan skema ini, kata Satib, diharapkan bisa mempercepat pekerjaan. Namun faktanya, masih ada hambatan besar di lapangan.
Salah satu kendala paling pelik adalah lokasi trase yang melintasi kawasan Taman Nasional Kebon Agung.
Koordinasi antara Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) dan pihak pengelola taman nasional menjadi kunci.
“BPJN dan pengelola taman sama-sama di bawah pemerintah pusat. Kalau fokus pada kepentingan masyarakat, proses ini harusnya bisa lebih cepat,” tegasnya.
Satib menilai JLS sangat vital untuk mendukung ekonomi selatan Jawa Timur, terutama Jember dan Banyuwangi.
“Jalur Gumitir rawan longsor dan pohon tumbang. Jika JLS tersambung, arus kendaraan bisa dialihkan ke selatan,” jelasnya.
DPRD Jawa Timur berencana memanggil BPJN untuk membahas percepatan JLS sekaligus membicarakan masalah jalur Gumitir.
“Kalau Gumitir ditutup dan JLS sudah jadi, dampak macetnya tidak separah sekarang,” tambahnya.
Pemerintah dan legislatif berharap penyelesaian JLS dapat membuka akses transportasi yang lebih aman, cepat, dan memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat di jalur selatan.