JEMBER – Krisis BBM yang melanda Jember dalam lima hari terakhir menuai berbagai tanggapan dari kalangan akademisi dan masyarakat.
Langkah Bupati Jember Muhammad Fawait memberlakukan WFH dan pembelajaran daring dinilai sebagai solusi cepat.
Kebijakan itu dianggap mampu mengurangi mobilitas warga serta antrean panjang di SPBU yang terus mengular.
Akademisi UIN KHAS Jember menilai pendekatan tersebut cukup efektif, meski belum menyelesaikan masalah secara menyeluruh.
“Penerapan WFH dan daring bukan hal baru. Kita pernah menjalaninya saat pandemi,” jelas Ahmad Winarno, Dosen FTIK UIN KHAS Jember.
Ia menilai masyarakat relatif mudah beradaptasi dengan kebijakan ini, karena sudah memiliki pengalaman serupa sebelumnya.
Namun, ia mengingatkan kebijakan ini bukanlah solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis BBM.
“Perlu koordinasi lebih kuat dengan Pertamina serta instansi terkait lainnya,” tambah Winarno.
Pemerintah juga didorong aktif mengedukasi masyarakat untuk tidak melakukan panic buying BBM.
“Kalau semua panik beli, krisis makin parah. Ini harus dicegah sejak awal,” ujarnya tegas.
Ia mengapresiasi langkah cepat pemerintah, namun menekankan pentingnya pengawasan dan evaluasi lapangan.
“Kami harap tidak ada oknum nakal yang manfaatkan situasi ini demi keuntungan pribadi,” katanya.
Langkah strategis dari daerah tetangga juga diperlukan agar distribusi BBM bisa kembali lancar.
Dengan upaya bersama, krisis BBM di Jember diharapkan segera teratasi dalam waktu dekat.